ke Thailand?

sebentar lagi aku mau ditinggal suami ke Thailand selama 3 bulan
aduh...., gimana ya... perasaan jadi campur aduk
ada seneng, ada sedih...

suamiku termasuk orang yang open minded, tiak kaku, fleksibel dan mudah menerima pendapat orang lain, cenderung cuek terhadap omongan orang.
tak heran, bila dalam bergaul suamiku disukai banyak kalangan

suatu hari suamiku diberi tugas jadi pendamping ICT (konsultan ICT), setelah kontraknya habis, lalu ditawari untuk ke Thailand, promosi SEAMOLEC

yang berangkat cuma 3 orang, masing-masing ke Vietnam, Thailand dan Philipine

doakan sukses ya

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

cita-citaku

sejak kecil kalau ditanya sama orang, "ntar kalo' gede mau jadi apa?"
dengan mantap aku menjawab "jadi guru"
akhirnya cita-citaku terkabul....

cuma, ada satu cita-cita yg belum terwujud,...
aku pengen punya sekolah untuk anak tidak mampu
gratis.....
orang kaya gak boleh sekolah di tempatku
tapi fasilitas sekolahnya lengkap...
dan eksklusif...
kapan ya?

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

mainan sesuai gender(2)?

berikut petikan referensi yang udah di-search

dari education zone

Peran mainan dalam perkembangan anak sebenarnya cuma sebagai alat bantu bukan sebagai pengganti peran orang tua. Di satu pihak mainan itu penting bagi si anak tapi di lain pihak mainan bukan segala-galanya buar anak (kak seto).

Jadi dalam bermain sebetulnya anak tetap memerlukan pendamping namun keterlibatan orang tua secara berlebihan juga kurang baik sebab tujuan memberikan mainan malah tidak tercapai.

# Yang namanya alat bermain tidak harus mainan, bahkan buku pun bisa dijadikan sebagai alat bermain missal di susun2x menjadi terowongan. Setelah anak senang maka citra buku akan jadi positif sehingga mulailah anak lihat gambarnya lalu ortu membacakannya sehingga lama-lama I kecil akan senang membaca.

# Mainan untuk balita tidak terlalu memperhatikan gender karena seiring dengan perkembangan secara alamiah akan tau sendiri.

# Mainan yang berteknologi canggih yang harganya mahalpun tidak tidak perlu terlalu dicurigai seperti mainan video game dll, juga punya sisi baik yaitu melatih koordinasi otot mata dan tangan , pemecahan masalah (strategi) karena didalamnya bisa mengembangkan kemampuan kognitif anak, maksutnya anak di tuntutmengatur strategi untuk menyelesaikan permaian dengan baik, walaupun mainan ini sangat kurang dalam sisis soaial atao kurang melatih anak untuk bersosialisasi.

# Ada baiknya ortu juga berkompromi dengan anak dalam memilih mainan yang di berikan benar-benar bisa dipakai bermain dan bermanfaat dan dijelaskan pada anak mengapa mainan yang diminta naka tidak diberikan sehingga anak diajak bernalar.

dari ayah bunda online

Soal mainan, sampai saat ini sih anak2 saya masih sharing mainan jadi
semuanya ya main barbie, main mobil2an, dll. Cuma ya rasanya sih saya nggak
akan membelikan anak laki2 saya boneka barbie. Cukup main punya kakaknya
aja. Saya hanya anti mainan kekerasan seperti pistol2an. Itu saya tidak akan
belikan.

Eh, mba, saya kurang setuju tuh soal warna favorit. saya ama kakak2 saya
warna favoritnya beda2 semua tuh sama Ibu. Ibu saya sukanya warna coklat
sama hijau. sementra kakak yang satu suka merah, yang satunya lagi
sukanya kuning. Saya sendiri sukanya pink sama merah. Trus sodara saya
favoritnya kuning, waktu bayi anaknya bajunya kuning melulu, eh pas anaknya
dah bisa milih sendiri, pilihannya pink, malah dia sama sekali nggak mau
baju warna kuning. sampai ibunya gemes. Jadi tenang aja mba, pada masanya
nanti pasti anaknya bisa milih sendiri kok warna kesukaannya.

diambil dari
http://www.korantempo.com/news/2002/7/21/Keluarga/24.html

, 21 Juli 2002



Selain usia, hal yang perlu diperhatikan dalam memilih mainan adalah fungsinya untuk perkembangan kepribadian anak. Karena itu pula, Fitri menyarankan agar anak sebaiknya tak dipilihkan mainan dengan memisahkan gender. Anak perempuan tak boleh main bola atau mobil-mobilan, atau anak laki-laki jangan memegang boneka. Kalau tidak ekstrem, ujar Fitri, permainan tanpa memilah gender ini alamiah saja karena bisa menggali bakat anak. Namun jika anak laki-laki hanya tertarik pada boneka dan segala pernik perempuan seperti lipstik dan bedak, orangtua perlu khawatir. "Kita bisa mencegah atau memperbaiki orientasi bermainnya dengan memberikannya alternatif mainan lain," katanya.

Mainan yang menumpulkan kemampuan sosialisasi anak seperti game di komputer dan playstation sebaiknya juga tak diberikan sepanjang waktu. Menurut pakar anak Douglas A Gentile, Ph. D yang kerap menulis buku anak dan memimpin lembaga konsultasi Child Development Center di Chicago, mainan ini hanya melatih kemampuan otak dan kecepatan tangan.

Jika terlalu lama berada di depan layar dan asyik dengan dunianya sendiri, anak tak akan hirau lagi dengan pergaulan dan dunia luar. Kegiatan lain seperti membaca, bermain bersama teman, dan melewatkan waktu bersama orangtua akan hilang. Hal ini bisa merusak perkembangan emosi dan sosialnya. Padahal, penelitian menunjukkan, anak yang menghabiskan waktu 10 jam saja sepekan di depan TV, layar komputer, atau playstation, tak akan lebih pintar dari anak lain di sekolahnya. "Orangtua tak bisa setengah hati atau bahkan membiarkan anak bermain tanpa kontrol dan pilihan yang baik. Jangan sampai menyesal di belakang hari," katanya mengingatkan


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

mainan sesuai gender?

suatu hari kakak saya melarang dengan keras anak lelakinya mainan masak-masakan bersama dengan anak saya. Katanya, "anak laki-laki tidak boleh mainan masak-masakan"
lalu saya jawab "mungkin dia besok pengen jadi koki kayak rudi choerudin"
kakak saya menjawab lagi " profesi seperti itu, nanti tidak bisa buat nyari jodoh"
saya jawab " mungkin rudi-nya aja yang belum dapat jodoh, pak bondan winarno (wisata kuliner), chef ragil, dan masih banyak chef hotel bintang lainnya hidup normal punya istri dan anak"

bagi saya, tidak tabu bagi anak laki-laki bermain masak-masakan, lihat saja penjual nasi goreng, bakso, mie ayam atau soto dari mulai keliling sampai restoran dan hotel berbintang, hampir sebagian besar laki-laki bukan?

yang penting sebagai orang tua kita mestinya mengarahkan, konsep seks (baca: jenis kelamin) yang benar harus diajarkan sejak dini. saya yakin, jika dia memang laki-laki normal, kelak lama-lama dia tahu sendiri, siapa jati dirinya (bukan karena mainan boneka atau masak-masakan lantas dia jadi banci). Umumnya anak memang tidak bisa membedakan mainan "laki-laki" dan "perempuan".

bahwa anak laki-laki harus mainan mobil atau robot, ini tak dibenarkan juga, atau laki-laki pantang menangis, itu juga tak benar. laki-laki boleh menangis, begitu juga wanita, namun menangis wajar.

tunjukan bahwa dia anak laki-laki, dan tunjukkan kodrat seorang lelaki, bahwa dia nanti akan jadi pemimpin dan pengayom keluarga, dan sebagainya, tentunya ayah yg menjadi panutannya, karena ayah figur yang paling dekat untuk dijadikan contoh.

begitu juga dengan main setrika-setrikaan, emangnya kalo' laki-laki kenapa? emang cowok gak boleh nyetrika pakaiannya sendiri?
saya jadi tahu, kenapa suami saya sendiri sangat jarang membantu soal urusan rumah tangga, mungkin dari kecil, dia berpikiran itu pekerjaan perempuan, sama seperti kakaknya...

maka saya tak heran lagi bila kelak keponakan saya ini cuek terhadap pekerjaan rumah tangga

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

uno manis




















uno lagi berpose di deket rumah embah uti magelang.....
manis kan...

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

oop?

Hari ini aku lagi bingung nih,
sebetulnya vb termasuk oop gak sih?
trus pascal termasuk oop apa pemrograman terstruktur?
soalnya waktu download wikipedia gini nih....

menurut wikipedia indonesia

Bahasa pemrograman yang mendukung OOP antara lain:


bingung nih?

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS