NUMERO UNO

Uno sedang mengutak-atik komputernya. Dia sedang mencoba membuat game tic tac toe. Itu loh, game 3 jadi! Ada sebuah papan dengan 9 kotak kecil di dalamnya, masing-masing kotak diisi dengan batu atau pin. Yang duluan bisa membuat batu itu menjadi 3 horizontal, 3 vertikal atau 3 diagonal, dia yang menang! Peserta dalam permainan ini 2 orang, tapi Uno menginginkan lawannya adalah komputer. Tapi komputernya lagi gak bisa diajak kompromi. Leled banget. Uno jadi kesel minta ampun. Dibantingnya tetikus di tangan kanannya, dipencetnya tombol keyboard sekuat tenaga, di gebuk, ditendang, dicubit, eh…. Gak bisa ding…, pokoknya segala cara udah dicoba, tapi gagal. Lelah berusaha Uno merebahkan tubuh mungilnya di kursi. Tiba-tiba muncul sebuah pesan di layar monitornya.

Silakan tekan kombinasi tombol ini : f3+ctrl+5

Tanpa pikir panjang lagi, dicobanya kombinasi tombol ini, dan….. aneh! Sungguh aneh! Seluruh tubuhnya jadi bercahaya, lalu tubuhnya seakan ringan sekali. Seolah ada kekuatan magnet yang maha dahsyat menariknya masuk ke komputernya. Seketika dia berada di tempat yang sangat asing. Jalanan macet dan hiruk pikuk orang panik di sepanjang trotoar. Hampir semua memakai masker. Jalanan ini sungguh asing. Tidak satupun ada tanaman hijau disana, yang terlihat hanya jalur-jalur kendaraan yang berjajar rapi, dan kendaraan yang berlalu lalang serta gedung bertingkat pencakar langit.

“cepat naik!” seru seorang gadis kecil sebaya Uno, sambil menarik lengannya. Dia menyuruh Uno naik ke data bus jurusan cipu school. “Kita akan kemana?” Tanya Uno setelah mereka menemukan tempat duduk. “Kau ini bagaimana sih? Ini bus jurusan cipu school, kita tentunya akan menemui professor yonah. Ini hari pertama sekolah setelah libur musim panas selama 2 hari. Mana ranselmu? Kau bawa buku dan alat tulis kan? Jangan buat prof. yonah marah karena kau tak membawa peralatan sekolah!” Gadis itu terus menyerocos sambil membuka maskernya.

“aku sama sekali tak tahu apa yang kau bicarakan” jawab Uno kebingungan.

“Ya Tuhan! Kau ini siapa sih? Kenapa kau bisa ada disini? Kenapa tadi kau berdiri di depan halte data bus?” Tanya gadis mungil itu judes, sambil membelalakkan mata.

“aku sendiri tak tahu, kenapa aku bisa disini, bisa kau jelaskan tempat apa ini? Tentunya kalau kau tak keberatan” Uno sedikit bergidik di gertak gadis manis itu.

“ Kau sedang berada di wilayah compi, wilayah system computer milik Uno. Sekarang kita sedang menuju sekolah. Nanti kita akan diajar oleh seorang professor bernama yonah. Beliau sudah tua, umurnya kira-kira 5 tahun. Beliau sangat pintar berhitung, semua orang di sini belajar matematika dan logika padanya, termasuk ayah, ibu dan kakakku.”

“kau bilang prof. yonah berumur 5 tahun?” tanyaku heran

“ Untuk sebuah processor, usia 5 tahun sudah cukup tua, mungkin di duniamu sejajar dengan umur 50 tahun, Prof. yonah sangat menghargai waktu, dia bisa dibilang sangat tepat waktu. Muridnya banyak, sehingga dia harus membuat jadwal khusus untuk mengajar. Management cipu yang mengatur semua jadwalnya. Lihat! jam system computer sudah menunjukkan pukul 15.25, 5 milisecond lagi kita sudah sampai. Cepat turun atau kita akan terlambat.”

Gadis mungil berambut pirang yang kelihatan cerdas itu menutup hidungnya dengan masker lagi. Uno mengamatinya sekilas. Lalu pandangannya tertuju pada dinding bus yang menampilkan rute yang telah dilewati. Memory street, Register street, Chache street. Lampu indicator menyala pada tulisan “Cipu school”. Semua penumpang turun, dikawal oleh seorang polisi yang dari tadi menjaga pintu bus. Siswa-siswa cipu school segera berhamburan masuk kelas masing-masing.

“Selamat sore anak-anak!” Prof. yonah menyapa siswa-siswa di depannya. Kacamatanya bulat memenuhi bola matanya yang sipit. Rambutnya sudah beruban di sana-sini, kulit pipinya sudah mulai mengendur, tapi suaranya lantang bersemangat. “Hari ini kita akan membahas tentang perpangkatan sebuah bilangan…” katanya tegas namun ceria. “pangkat dua sebuah bilangan dihasilkan dari perkalian kedua bilangan tersebut. Contohnya 2 pangkat 2 sama dengan 2 dikali 2 sama dengan 4, begitu juga dengan 3 pangkat 2 berarti 3 dikali 3 sama dengan 9!” prof yonah mencoretkan bilangan-bilangan tersebut ke papan tulis. Pelajaran usai 20 milisecond kemudian. Siswa-siswa keluar ruangan, digantikan dengan siswa-siswa lain yang telah menunggu giliran sesuai jadwal masing-masing. Uno menghambur mencari-cari gadis pirang yang tadi ditemuinya di jalan. “Hai! Aku ikut denganmu!” seru Uno sambil melambaikan tangan. “Cepat! Busnya akan berangkat!” Uno setengah berlari menuju bus sekolah itu. Seorang polisi yang sedang menjaga pintu melotot galak. ”cepat!” ucapnya dengan nada membentak.

“Kenapa sih, kalian ini begitu tergesa-gesa? Di duniaku, sekolah itu dari pagi sampai siang, kok tadi cuma sebentar?” Tanya Uno penasaran. “Kami sekolah cukup sehari satu kali, dengan mata pelajaran yang berbeda. Di duniaku semua waktu sangatlah singkat, semua dalam hitungan millisecond. Management cipu yang mengatur semuanya. Besok pelajaran menggambar, aku paling suka pelajaran ini, nilaiku lumayan. Yang mengajar seorang guru yang cantik dan baik hati, namanya bu Corel. Pokoknya belajar menggambar jadi menyenangkan deh!” serunya bersemangat. “kita akan kemana?” Tanya Uno lagi.

“Ke perumahan harddi regency. Ke rumahku. Sudah saatnya pulang, ibuku pasti cemas menungguku.”

“apa yang terjadi?” Uno terus bertanya

“Ini awal masuk sekolah yang berat, sudah 3 hari ini kami diserang virus aneh. Virus ini tak terdeteksi oleh anti virus yang ada pada system. Kemungkinan anti virusnya tak ter-update. Dari “daily compi” disebutkan bahwa virus ini sangat berbahaya, siapa saja yang terkena virus ini akan musnah dalam hitungan detik. Virus itu bisa menggandakan diri dengan cepat, mereka tak hanya menyerang data, tapi juga menyerang system. Jika sampai Harddi regency di format, sepertinya kami akan kehilangan banyak data penting, termasuk mungkin aku, kakakku, atau ayah ibuku. Sepertinya pak walikota sudah berusaha mati-matian melindungi warganya, tapi tetap saja ada yang mati. 5 data telah terinfeksi dan lumpuh, tak berfungsi lagi. Itulah sebabnya jika keluar ruangan kami memakai masker, supaya virusnya tidak menyebar dari satu data ke data lain. Kau juga lihat kan tadi di dalam bus ada seorang polisi? Selama ada dia kita berada dalam wilayah security yang aman. Makanya di setiap sudut kota di jaga oleh polisi. Usahakan jangan sampai jauh-jauh darinya.”

Uno berjengit, kalo’ polisinya galak kayak tadi sih, mending aku jauh-jauh deh! Bisiknya dalam hati. Tapi, eiiit! Tunggu dulu ! anti virus tak ter-update? Oh ya…., itu karena sudah 1 bulan koneksi internetnya dicabut. Ayah sudah gak bisa bayar internet karena job lagi sepi. “Ngomong-ngomong kita belum kenalan…, namaku Uno” Uno menjabat tangan gadis kecil itu. “Uno? Ya Tuhan! Aku bertemu dengan pemilik dunia yang kutinggali! Kenalkan! Aku Biner!” jawabnya riang, seolah bersyukur karena telah diberi chocho cookies sekarung gandum.

Biner dan Uno diantar sampai ke alamat Harddi regency no. 0000FF. Penomoran rumah yang cukup aneh. Rumah Biner cukup sempit menurut Uno. Rumah dengan desain elektrik minimalis. Ada 3 kamar berukuran sedang. Banyak peralatan elektornik didalamnya. Ada mesin pencuci piring, kulkas, tv flat, compo, bahkan oven toaster untuk membuat roti panggang, semua dalam ukuran mini. Semua bahkan bisa dikecilkan hingga seukuran tangan Uno. “Cepat masuk nak, jangan berdiri di depan pintu!” Ibu Biner menggiring kami ke ruang tamu, lalu cepat-cepat menutup pintu. Seolah ada seorang alien sedang menunggu di depannya. “Kau tidak apa-apa nak?” tanyanya cemas pada Biner. “TIdak bu” jawab Biner. “kakakmu belum pulang, ibu sungguh mencemaskannya” ibu Biner yang wajahnya seperti domba yang akan disembelih. Air mukanya menunjukkan kecemasan yang amat sangat. “Cuaca sedang buruk, jika virus menyebar pada anakku,… oh tidak!” Gumamnya. “aku tak akan memafkan diriku karena membiarkan anak-anak ku keluar rumah saat cuaca tak bersahabat.”

“Sudahlah bu, jika ada apa-apa dengannya, pasti pihak sekolah atau polisi akan memberi tahu kita” jawab Biner menenangkan. Rupanya virus aneh yang disebutkan Biner memang benar-benar berbahaya. Mungkin seperti virus flu burung di dunia kita. “Ooooh…., ibu sampai tak memperhatikan, ada teman baru ya Biner?” Tanya ibu pada Biner. “Uno bu! Perkenalkan!” Ibu Biner terlonjak kaget. “Iya, pemilik system komputer, tempat tinggal kita”, Biner menjawab kekagetan Ibunya. Raut mukanya berubah girang, seolah dia baru mendapat lotere, tapi ditahan demi Petra, anak sulungnya yang belum kembali. Meskipun begitu, dia tak dapat menyembunyikan kekagumannya. Uno menjabat tangan ibu Biner. “Ayo makan dulu!” Ibu biner namanya bu Yetta, beliau seorang ibu rumah tangga yang baik. Selain wajahnya yang cukup manis, menurut Uno, dia termasuk orang yang jangkung. Dia berdandan sederhana dan menyisir rambut keriting agak gimbal (seperti bulu domba) pirangnya seadanya, bau tubuhnya harum, dan dia orang yang hangat. Bu Yetta memberinya sepotong roti pie apel, serta jus jeruk kesukaan Uno. “makanlah, pasti kalian sudah sangat lapar” ucapnya sambil menuangkan jus jeruk ke gelas Biner.

“Ayahmu kerja dimana?” Tanya Uno pada Biner. “Di kantor imigrasi pusat, beliau mengurusi data-data yang akan imigrasi dari tempat tinggal sementara (Memory regency) ke Harddi regency atau ke Disk Regency”. “Hari ini semua seolah berjalan lamban. Kami harus selalu waspada terhadap virus yang meneror kami.” “bagaimana dengan ayah dan ibumu?” Biner ganti bertanya. “Ibuku seorang penulis, dan ayahku seorang programmer, beliau mengerjakan beberapa program penting pesanan orang, kadang beliau juga membuat web. Akhir-akhir ini beliau sepi order, hingga beliau harus berhenti langganan internet. Maafkan kami, sampai anti virus tak bisa mendeteksi virusnya. Itu disebabkan anti virusku tak terupdate” jawab Uno menyesal.

“Kurasa aku harus pulang Biner, aku harus menyelamatkan dunia compi ini, aku butuh kalian…”ucap Uno pelan. “Baiklah, kau harus minta kombinasi kunci lagi agar bisa keluar dari dunia ini. Password untuk memasuki dunia compi setiap hari berubah, untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan. Lalu apa kombinasi kuncinya?” Tanya Uno. “sebentar…” jawab Biner. Dia mengeluarkan sebuah alat kecil, mirip bedak padat two way cake punya bunda. Setelah dibuka, waw! Ternyata sebuah notebook canggih! Biner menyentuh layarnya beberapa kali, dan muncul kombinasi kunci untuk keluar dari dunia compi. “2 3 U N W” sebutnya perlahan, “hafalkan Uno, jika bertemu penjaga, kau harus sebutkan password ini” lanjut Biner. Uno segera bergegas ke arah pintu. “Terima kasih biner! Sampai ketemu lagi!” ucap Uno berpamitan. Tangannya meraih gagang pintu, dan….. bruk! Uno bertabrakan dengan seorang cowok yang ada di depan pintu. Sekilas Uno menatapnya…, tapi… cowok itu segera menghambur ke dalam rumah. Dia mencopot maskernya dan rebahan di sofa. Wow! Keren juga cowok ini! Bisik Uno dalam hati. “Petra! Ya Ampun! Apa yang terjadi? Kau kena virus? Ya Ampun, “ Bu Yetta panik sambil meneliti setiap bagian tubuh Petra. Biner mengerling pada Uno supaya cepat pergi.

Uno segera berlari, ia tak ingin semua data jadi mati. Ia harus menyelamatkannya dari virus mematikan itu! Ayo Uno, kau harus jadi nomor satu, NUMERO UNO! Uno menyemangati diri sendiri.

Di depan gerbang Harddi regency, seorang polisi menanyakan password, Uno menyebutkan kombinasi kuncinya, dan seperti pada saat dia masuk ke system, tubuhnya lemas, dan terasa ringan, seketika jiwa raganya telah berada dalam kamarnya. Ia mencari cara agar bisa membayar iuran ke isp. Di bukanya celengan ayam-ayamannya. Dihitung dengan seksama tiap keping uang yang jatuh ke lantai. Tapi, sayang, masih kurang dua puluh ribu lagi. Uno lalu berpikir keras. Bagaimana caranya mendapatkan uang secepat itu. Ia lalu teringat pak Kuncung, penjual nasi goreng di depan gang rumahnya. Pak kuncung orang yang baik hati dan suka menolong. Uno memintanya untuk bekerja sehari sebagai tukang cuci piring. Pak Kuncung menerimanya dengan senang hati. Uno pun diberi imbalan yang pantas. Segera setelah mendapat imbalan, Uno menyetor uangnya ke kantor isp. Lalu koneksi internetnya berjalan kembali. Segera Uno mengupdate anti virus terbaru. Dan langsung mendeteksi virus-virus yang berkeliaran meneror dunia compi. Sekilas nampak wajah Petra menghiasi layar monitornya. Wajahnya pucat namun tersenyum. Tapi, ah…., apa mungkin dia juga terkena virus? Apakah dia baik-baik saja? Kenapa Uno jadi memikirkan dia ya? Yang jelas, virus telah terhapus, dan dunia compi aman, komputernya udah gak leled lagi.

By : Tenia

fiksi ilmiah

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

Negeri Puspa Harmoni

Di sebuah negeri bernama Puspa harmoni, tinggalah seorang Ratu cantik bernama Ratu Zara Rosalia. Kerajaan itu selalu dipenuhi bunga beraneka warna nan harum baunya. Rakyatnya sangat santun, hidup rukun, dan sangat menyukai bunga. Ratu Zara sendiri sangat menyukai bunga mawar. Setiap hari ia mandi dengan siraman bunga mawar. Suatu hari, Ratu Zara ingin mengetahui, siapa dari kedua putrinya yang benar-benar mencintai bunga seperti dirinya. Beliau ingin mewariskan istana beserta taman bunganya yang indah kepada salah satu putrinya. Jika Ratu Zara salah memilih penerus tahta kerajaan, maka, lenyap pula keindahan serta keharuman negeri Puspa Harmoni yang termahsyur itu.
Ratu memanggil kedua putrinya, Putri Yuta dan Teta. Mereka diminta memilih dua pot tanaman bunga untuk dipelihara. Satu pot berisi bunga mawar yang hampir layu, daunnya sudah menguning, dan bunganya berwarna kecoklatan. Sedangkan pot lainnya berisi bunga mawar segar berwarna merah merona, daunnya hijau memikat, dan durinya tajam. Putri Yuta, sang kakak yang memiliki tabiat serakah, memilih pot kedua, sedangkan adiknya, Putri Teta, memilih sisanya, yaitu pot pertama.
Demikianlah, hari terus berlalu, karena merasa bunganya sudah indah, Putri Yuta tidak pernah menyirami dan memberi pupuk bunga mawarnya. Sedangkan Putri Teta, dengan sabar dan telaten selalu menyiram bunganya. Putri Teta merawat bunganya penuh kasih sayang, meskipun bunganya nampak kusam dan layu. Lambat laun, bunga mawar yang dimiliki Putri Teta benar-benar layu, dan berguguran kelopak bunganya. Putri Teta sangat sedih, dia merasa kehilangan bunga mawar pemberian Ibunda Ratu yang dikasihinya. Putri Yuta melonjak kegirangan, karena sebentar lagi istana dan taman bunga akan menjadi miliknya.
Keesokan harinya, Putri Teta terbangun dan terperanjat. Dia mendapati kuncup bunga yang kecil muncul dari pot bunganya. Putri Teta senang bukan main, hingga ia menari-nari berkeliling kamarnya. Hari-hari pun berganti, Putri Teta dengan setia menyiram dan memupuk bunganya, hingga kuncup mawar telah merekah menjadi bunga mawar yang indah. Bunganya berwarna merah, daunnya hijau, dan durinya tajam. Sedangkan bunga mawar milik Putri Yuta, karena tak pernah disiram, maka menjadi layu dan kering, juga hampir mati.
Hari yang ditunggu pun tiba, Ratu Zara Rosalia menjenguk ke kamar kedua putrinya. Beliau kaget karena bunga Putri Yuta sudah layu dan jelek, Ratu marah luar biasa. Beliau menasihati Putri Yuta agar tidak lagi bertingkah malas, serakah, dan ingin menang sendiri. Sebaliknya, Ratu Zara memuji ketekunan dan kerja keras Putri Teta adiknya, sehingga istana dan seluruh taman bunga menjadi milik Putri Teta. Putri Teta kemudian menikah dengan seorang Pangeran dari kerajaan tetangga, beliau adalah seorang ksatria yang gagah dan rupawan. Sang Pangeran terpesona akan kelembutan dan kesetiaan Putri Teta pada bunga mawarnya. Maka, selanjutnya mereka hidup bahagia di tengah-tengah bunga yang indah di negeri Puspa Harmoni.

By : Tenia

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

Guru baru

Kalau ada mata pelajaran yang gak ada hubungannya sama jurusan bahasa tapi paling disukai Oliv, jawabannya tentu pelajaran kosong! Eh, salah… KOMPUTER. Yup! Pelajaran komputer ini bukannya menarik secara materi, tapi menarik secara gurunya pun menarik becak (eh salah, menarik hati setiap wanita tentunya). Namanya pak Eka. Kulitnya putih bersih, rambutnya model Adly Fairuz, hemnya selalu disetrika rapi, dan memakai sepatu sport trendy. Cara mengajarnya enak, suaranya merdu, pandai menghibur siswa, pintar main gitar, dan gemar menabung, he he he. Pokoknya meskipun cuma ketemu seminggu sekali, tapi kenangan bersamanya membekas hingga minggu berikutnya. Oliv benar-benar jatuh cinta padanya.
Pak Eka jelas menjadi guru favorit anak bahasa. Erly aja nyampe ngiri kepengin masuk kelas bahasa. Engel malah terang-terangan bilang suka sama pak Eka. Kelewatan bener tuh anak! Emang sih, pak Eka masih muda, umurnya paling baru 25 tahun. Dia seorang sarjana komputer yang kompeten di bidangnya. Pas pelajaran ada-ada aja tingkah Oliv untuk menarik perhatian pak guru. Misalnya “Pak, maaf mousenya kok gak bisa gerak ya pak” Pak Eka datang menghampiri, menyentuh mouse, mencoba klik kanan, klik kiri, drag and drop dan gak ada masalah sama sekali. Oliv sengaja mencuri-curi pandang kepada wajah ganteng di sebelahnya (genit deh). “Mouse nya baik-baik saja Oliv” katanya sabar. Beberapa menit kemudian Oliv kembali bertanya, “maaf pak, ini yang dipencet yang mana? Kalo’ mau nyimpen dokumen yang gambar disket apa yang gambar kertas ditekuk ya pak” “maksudnya kertas ditekuk apa ya?” oooh, ternyata tombol open. “paaaaak, ini tombol buat apa sih, kok bentuknya aneh banget, kalo’ yang gambar cat berarti buat warna ya pak?” Oliv nanya lagi, tapi pak Eka udah mampir ke bangkunya Dela. Dela nyengir kuda memperlihatkan giginya yang kuning, seperti warna cat kukunya hari ini. Sial! Oliv komat kamit sendiri.
Pelajaran yang paling disukai dari komputer adalah saat materi internet diajarkan. Oliv yang udah punya alamat e-mail seneng banget bisa kirim-kiriman surat sama Andy yang lagi kuliah di Thailand. Oliv juga buat account friendster, dan tidak lupa nge-blog. Wah, pokoknya asyik banget deh. Oliv jadi kecanduan nge-net. Tiap hari pasti kirim testi buat pak Eka, meskipun isinya cuma itu – itu doang, bikin bosen yang baca.
“Pak Eka kalo’ ngasih soal ulangan jangan susah-susah ya pak…”
“pak tolong kalo’ ngajar tiap hari aja, jangan seminggu sekali”
“pak btw tau aku gak sih, anak bahasa pak, absen 27”
“pak rumahnya sebelah mana?”
“bapak udah punya istri belum?”
De el el yang gak usah disebutin satu-satu karena sama sekali gak penting buat dibaca.


Satu hal yang bikin Oliv bĂȘte. Ternyata beredar gossip kalo’ pak Eka naksir seseorang. Ini bisa terbaca dari isi blognya


Dara manis usia belasan
Pantaskah aku mencintaimu?
Kau muda dan cantik
Kau lincah dan menarik

Dara manis usia belasan
Pantaskah aku jadi milikmu?
Sedangkan aku tak mampu ungkapkan
Hingga aku merasa tertekan

Dara manis usia belasan
Pantaskah aku menyayangimu?
Aku takut menerima kehendak
Jika cinta ini ditolak

Dara manis usia belasan
Pantaskah aku bersanding denganmu?
Sedang batin terus menggebu
Untuk katakan aku mencintaimu

Puisi romantis karya pak Eka yang seniman. Siapa dara manis usia belasan? Mungkinkah Dela? Ooooh, pak Eka, andaikan itu aku batin Oliv.
Tapi, eeeiiiiit! Tunggu dulu, bukankah Oliv sudah ada yang punya? Kemana saja si Aldo? Playboy tengik yang mengumbar kata sayang setiap waktu?
Kasihan benar kau Oliv, rasa sayangnya sebatas bibir aja, nggak nyampe ke hati. Buktinya? Dia berjanji akan datang pada valentine’s day di kafe “marisa” langganan mereka. Namun, Aldo bagaikan hilang ditelan buto ijo hwe he he. Tahu tuh, Oliv merana banget mengingat hari itu. 14 febuary merupakan black valentine baginya.

Coba kita intip buku harian Oliv lewat http://ceritacinta.blogspot.com

5 Juni

Ini ketiga kalinya dalam satu minggu aku kemari, do. Bahkan mas Roni, si pelayan kafe mulai akrab mengenaliku. Itu lho, cowok yang rambutnya kayak Tintin, kita bahkan setiap datang ke sini hampir selalu membicarakannya. Aku tahu namanya setelah beberapa kali mengobrol dengannya.

Aku duduk disini do, di bangku pojok belakang, tempat favorit kita. Dan seperti biasa, kita akan memandangi ikan-ikan Koi yang lincah berenang kesana kemari, kemudian bersembunyi di antara bebatuan. Kau akan mulai bercerita tentang pengalamanmu di sekolah dengan Koko dan Doni sahabatmu, lalu kita akan tertawa bersama mengingat tingkah mereka yang lucu nan konyol. Lalu kita berlanjut pada kisah apa saja yang ingin kita keluarkan dari hati kita. Kemudian tidak ketinggalan kita sisipkan pembicaraan tentang si rambut Tintin, yang angkuh dan sombong itu. Do, besok hari ulang tahunku. Masih maukah kau datang di hari istimewaku do?


8 Juli

Kau memang keras kepala do! Tidakkah kau rindu pada diriku? Sudah dua bulan kau pergi ke Jakarta, tapi tak pernah sedikitpun kau memberi alamat dimana sekarang kau berada, bahkan pada dua sahabatmu yang konyol itu. Surat-suratku tak pernah kau balas. Begitu juga telepon dariku tak pernah kau angkat. Harus kemana aku mencarimu do?
Kau sangat gila! Di sampul suratmu hanya bertuliskan Aldo-Jakarta. Kau piker seluruh orang di Jakarta tahu kamu semua?

20 Januari

Aku sudah semester genap di kelas tiga do. Pelajarannya makin sulit. Aku masuk jurusan bahasa, sama seperti kamu dulu. Do, aku tak tahu entah apa yang membuatku sangat menyayangimu. Kau bahkan milik siapa sekarang, aku tak tahu. Aku juga tak tahu apakah kau masih mencintaiku atau tidak. Namun, seperti kena sihir, aku selalu memikirkanmu setiap saat, di setiap detak jantungku. Aku tidak bisa melupakanmu begitu saja, walaupun kita sudah lama berpisah. Akankah penantian ini sia-sia do?

14 Febuari
Aku pulang ke rumah. Kepalaku pusing dan agak demam. Di hari kasih sayang pertama yang hanya bisa kutelan sendiri seluruh kenangannya. Mawar plastikmu masih kusimpan do, hadiah perpisahan darimu. Walaupun bukan mawar sungguhan. Tapi mawar pemberianmu tak pernah layu do. Aku selalu merawatnya dengan baik. Sebenarnya aku tidak percaya valentine. Bagiku setiap hari adalah hari kasih sayang. Tapi kau menganggapnya sebagai hari istimewa. Dan kau berjanji, valentine pertama kita akan dirayakan di kafe “marissa”. Tapi, kau yang mengingkarinya. Tidak ada cokelat, juga tidak ada bunga di hari valentine kali ini. Biarlah kutelan sendiri kesedihan dan kenangan indah bersamamu. Tanpa mu, aku hidup bagai sayur kurang garam, bagai balado tanpa cabe, anyep, senyap, sunyi…..

Gitu deh, nggak ada berita apapun setelah Aldo pergi ke Jakarta. Telepon selalu dijawab mailbox terus. Untuk itu Oliv gak mau bersedih lama-lama. Oliv merasa harus bangkit meninggalkan kisahnya yang lalu. STOP berpikir tentang cowok angkuh nan playboy cap duren tiga!


So,…. Mungkinkah ada kesempatan buat pak Eka tuk singgah di hatinya? Pak Eka? Ya ampun! Mimpi kali yeee! Mana ada sih murid pacaran sama guru. Yang ada nanti malah dapet poin 50! Karena berani menggoda guru sendiri. Hwe he he he he.
Oliv pun dengan segala pengharapan dan keisengannya sengaja ngirim testi ke fs nya pak Eka. “Pak boleh tahu nggak, siapa gadis usia belasan itu?”
Pak Eka jijik kali ye liat tingkah laku Oliv yang sok agresif itu. Mungkin juga Oliv bukan cewek idamannya. Gitu pikir Oliv menjawab pertanyaannya sendiri tentang kenapa testinya gak dijawab juga.

Hari ini, keempat sobat yang manis itu berkumpul di kantin sambil menikmati Pop Ice rasa moka. “Lu tau gak, kemarin Dela jalan loh sama pak Eka!” kata Engel membuka pembicaraan. “Kata siapa kamu? Jangan nge gossip yang gak jelas gitu ah!” sergah Oliv. Kayaknya dia cemburu. “aku liat sendiri, tau! Lagi ke KFC! Lagi makan bareng!” “Masa sih?” Kiki penasaran. “Sumpah!.... Ya Ampun masa aku boong?” Engel meykinkan.
“Ayo liv! Sabet dia mumpung janur kuning belum melengkung!” Erly berkomentar riang sambil menepuk pundak Oliv. Oliv ampir keselek sedotan dibuatnya. Dia cuma nyengir antara menahan sakit tenggorokan sama sakit hati. Soal testi yang gak dijawab, Oliv menyimpulkan, bahwa memang pak Eka gak ada ketertarikan sama Oliv. Mungkin juga Oliv bagai pungguk merindukan bulan. Secara, Oliv bukan siapa-siapa. Dari segi fisik Oliv gak cantik seperti Dela. Tubuhnya pendek, dan rambutnya ikal. Oliv akhirnya menyerah pada nasib. Oliv gak pernah kirim testi lagi, gak pernah nanya lagi pas pelajaran, gak pernah mengganggu kehidupan pak Eka.

Sepucuk e-mail ditemukan Oliv di inbox-nya. Dibaca subjectnya: balasan dariku, pengirimnya eka_82@yahoo.com. Wow! Kejutan berat baginya. Segera di “klik” dan terbukalah surat elektronik itu.


Dear Oliv,
Mengapa sekarang kamu jadi sangat pendiam?
Padahal aku merindukan keceriaanmu
Aku merindukan tawa dan candamu

Mengapa sekarang kamu jadi sangat pendiam,
hai dara ku!
Ayolah tersenyum, jangan cemberut
Kaulah dara usia belasan itu

Eka

Oh Tuhan! Benarkah ini? Oliv langsung mengklik reply.

Pak Eka,

Semua yang bapak tulis itu,… benarkah?

Lalu tombol send…..

Tak berapa lama muncul e-mail baru, isinya:
Cepat buka Yahoo! Messengermu! Kita perlu bicara!


Oliv segera membuka YM, dan menemui nama Eka yang telah on line

Eka : Semua itu benar
Eka : Apa yang saya tulis itu benar adanya
Oliv: Tapi, apa mungkin kita bersatu?
Oliv: Bukankah pak Eka dengan Dela?
Eka : Kamu udah kemakan gossip Oliv…
Oliv : Ada yang lihat bapak jalan berdua dengan dia
Eka : Bukan berarti kami jadian
Oliv : Apa mungkin kita bersatu?
Eka : Kenapa gak?
Oliv : Bapak kan guru saya?
Eka : Emang kenapa?
Oliv : Rasanya aneh aja
Eka : Bukankah kamu mencintaiku?
Oliv : 
Oliv : Aku rasa iya
Eka : Lalu, kenapa gak bisa Oliv?
Oliv : Oliv pikir mungkin tak pantas bagi Oliv
Eka : Kau periang, ceria, cerdas, dan… kau menarik perhatianku
Eka : Aku tak akan berani mendekatimu jika kau tak berikan sinyal itu
Oliv : Jadi?
Eka : Maukah kau jadi kekasihku, duhai dara usia belasan?
Oliv : maaf, aku gak bisa…
Eka :  Oke, gak papa
Oliv : Mungkin, belum saatnya…, saya…., sebenarnya masih cinta juga sama Aldo
Oliv : saya belum siap aja
Oliv : Semoga bapak mengerti saya
Eka : No, problem
Oliv : Terima kasih…
Eka : jangan panggil bapak dong
Oliv : trus panggil apaan?
Eka : Kalo’ di luar panggil mas aja, kita bisa jadi kakak adik aja
Oliv : 

Oliv tersenyum, lalu menekan tombol sign out.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

Pesta tengah malam

Purwokerto sangat panas hari ini. Oliv Cuma pake’ baju singlet di kamarnya yang sumpek. Rene, adik kelas sekaligus teman sekamar Oliv dari tadi nyalain kipas angin sambil baca komik. Kiki menggedor tembok disamping ranjangnya. Oliv yang lagi baca novel “Laskar Pelangi” udah apal dengan bunyi ini. Dia segera membalas menggedor tembok. “Liv, keluar yuk” Kiki melemparkan surat pendek melalui lubang kecil di samping kasurnya. Oliv menjawab
“Aku takut sama bu Encin” sambil menyodorkan kembali kertas Kiki.
“Gerah banget nih, ke lantai atas yuk! Ke ruang jemur pakaian” Kiki memaksa lipatan kertas kecil itu masuk kembali ke kamar Oliv.

Oliv tak kuasa menolak, di bawanya novel yang belum kelar dibaca keluar kamar. Oliv sedikit mengintip dari pintu kamarnya, barangkali bu Encin masih keliling kamar. “Ki, ayo!” bisik Oliv di depan pintu kamar Kiki. Kiki keluar kamar, dia mengenakan kaos tank top warna shocked pink dan sandal boneka piggy. “ Bawa apaan lu?” Tanya Kiki. “Novel” jawab Oliv singkat. “Bentar, gue mau bawa sesuatu…” jawab Kiki sambil masuk kembali ke kamarnya. “ Taraaaaa!” Kiki membawa termos, dua buah cangkir, dan satu keripik kentang kemasan jumbo. “Let’s get party!” seru Kiki gembira.
Oliv dan Kiki naik ke lantai atas gedung asrama putri. Langit cerah dan bintang bertebaran di angkasa. Bulan tampak sempurna. Sinarnya terang menyapa dua gadis manis yang sedang asyik memakan keripik kentang sambil cekakak cekikik. “Ki…, lihat tuh! Ada bintang jatuh! Ya Tuhan! Balikin Aldo padakuuuuu!” Oliv teriak sekeras-kerasnya sambil menengadahkan tangannya. “Lu make a wish gak Ki?” Tanya Oliv. “Ya Iya lah…, gue make a wish supaya menang lomba basket antar sekolah besok” “Wuiiiih, cieeeeeee”
“biasa aja lagi! Lebay banget sih!” Kiki risih sama tingkah laku Oliv yang too much. “Kira-kira do’a gue terkabul gak ya ki?”
“Kayaknya enggak, orang yang teraniaya itu yang do’anya banyak dikabulkan!” jawab Kiki singkat sambil menggelitik perut Oliv. Oliv kegelian sambil guling-guling di lantai. “STOP! Jangan aniaya gue dong!” Oliv terengah engah. “Udah berdo’a belum?” Tanya Kiki mencibir. Seringai dari mulutnya membuat hati Oliv tertekan.
Kiki menjawil keripik kentangnya. “Lu tahu gak gue seneng banget lihat langit” kata Kiki, mulutnya penuh mengunyah sejumput keripik. “Enggak!” jawab Oliv singkat. “Yeee!” Kiki menusuk pinggang Oliv. “hi hi hi…. Sewot nih ye” Oliv meledek.
“langit itu indah! Ada tujuh lapisan di atasnya! Kita bisa melihat bintang, bulan, matahari, awan waah, indahnya!” seru Kiki.
“Subhanallah!” jawab Oliv.
“yang lebih penting lagi liv, gue bisa memandang wajah bapak di sana!” kata Kiki serius.
“dimana?” Oliv penasaran.
“Tuh! Bintang yang paling terang! Itu bapak gue!”
“mana sih? kagak ada bokap lu!” Oliv mendongak lebih ke atas lagi.
“bego banget sih! ituuuuu loh! Yang kerlipnya paling menawan! Seolah bapakku sedang tersenyum dan matanya berkedip padaku!” Kiki menunjuk satu bintang yang paling terang.
“Ooooo, itu ya!” jawab Oliv.
“Waktu gue kecil, bapak selalu mengajakku keluar rumah jika langit terang dan tidak hujan. Beliau bilang, ada satu bintang yang paling terang, itu bintang bapak. Yang kecil di sebelahnya, itu bintang gue. Sampai sekarang kalau gue kangen bapak, gue selalu pandangi bintang itu”
“Bapak sudah pergi menembus langit ke tujuh bertemu sang penciptanya”
“gue jadi terharu nih” Oliv meneguk secangkir kopi.
“Bapak gue udah meninggal sejak gue masih SMP. Gue kangen Liv” Kiki menyeka air matanya yang sudah tumpah.
“Ah, udah deh, jangan inget yang sedih-sedih…., gue jadi kangen ayah juga nih”
“Kita nyanyi-nyanyi aja yuuuuk” Kiki memberi ide.
“Di malam yang sesunyi ini…., ku sendiri…, tiada yang menemani….” Oliv langsung bernyanyi, di barengi Kiki, Oliv pake’ suara satu, Kiki pake’ suara kucing, he he he

“Tolooooong! Toloooong!” tiba-tiba terdengar teriakan dari lantai satu. Oliv dan Kiki yang tengah konser dadakan di lantai atas langsung terlonjak kaget. Oliv meneguk kopinya sekali lagi. “Ada apaan tuh?” Oliv bertanya pada Kiki. “mene ketehe!” sahut Kiki. Oliv dan Kiki langsung ngibrit ke bawah. Oliv nabrak jemuran kayu dan ada BH nyangkut di wajahnya. Oliv lalu membuangnya sembarangan.
Sampai di lantai dua, Oliv keheranan karena kamarnya sudah sesak dipenuhi anak-anak. “Ada apaan nih?” Tanya Oliv penasaran. Meskipun belum ada yang menjawab Oliv lalu menerobos masuk kamar. Ya Ampun! Rene kesurupan! Dia menendang segala barang dalam ruangan itu. Oliv mendekap radio transistor milik pak Jaya yang sering dipinjemnya, lalu meletakkannya di pinggir ranjang.
Mata Rene mendelik sambil berteriak-teriak. “Kemana saja kamu Oliv!” Bu Encin mendelik juga. Oliv ketakutan. “sa.. saya di lantai atas?” “Ngapain? Bukannya tidur malah keluyuran! Point 20! Melanggar aturan asrama!” Bu Encin berteriak sampai urat lehernya mau putus. Oliv merinding ketakutan. “Aaaaaaaaaaaaa!” Rene masih terus menendang seperti anak kecil yang tidak dibelikan permen. “minta makan! Saya minta makan!” suara Rene seperti suara ibu-ibu setengah baya. Semua anak duduk dan membaca do’a. Oliv dan Kiki memegang tangan dan kaki Rene.
Sudah 2 jam Rene tak sadarkan diri. Bu Encin mendatangkan “orang pintar” untuk membantu kesadaran Rene. Rupanya, pas ditinggal Oliv tadi, Rene pengen ke kantin beli minum, sebelum melewati kantin, pas di bawah pohon mangga, Rene seperti dipanggil seorang ibu yang minta makan, karena merasa gak punya makanan Rene menolak dengan halus. Sepulang dari kantin Rene langsung kesurupan. Rene pun diberi ayam ingkung dan bunga mawar. Dia makan bunga mawar seperti makan keripik kentang punya Kiki. Sepertinya enaaaak sekali.
Oliv jadi merinding, inget kelakuannya kabur lewat pintu belakang asrama dan ngumpet di bawah pohon mangga. Rupanya cerita tentang anak yang gantung diri itu memang benar adanya. Soal percaya atau tidak, Wallahu alam. Gak tahu deh. Yang jelas, itu Rene udah kesurupan, jadinya Oliv udah gak mau main-main lagi dengan pintu belakang asrama.
Besoknya berita tentang kesurupannya Rene langsung menyebar luas. Konon kabarnya, kesurupan sampai menular ke beberapa teman perempuan sekelas Rene. Wak! Kayak flu burung aja tuh, sehari udah ada 3 korbannya, UKS penuh sesak, tim palang merah nyampe kewalahan, karena korban terus bertambah. Oliv gak tahu lagi mesti ngomong apa. Kiki juga manyun doang melihat keadaan ini. Engel ngomel gak abis-abis. Dia nyalahin Kiki dan Oliv, melanggar aturan itu hukumnya haram buatnya. Erly wajahnya pucat pasi. Dia takut ketularan juga.
Sekolah dibubarkan. Anak-anak senang bukan kepalang. Artinya pulang lebih awal. Ada yang udah rencana mau ngabur ke mall, ada yang mau nge date, ada yang mau nge game di rental PS. Kiki dan Oliv belum ada rencana pulang ke asrama, mereka masih syok masuk ke kamar. Engel niatan mau mencari “orang yang lebih pintar” dari “orang pintar” yang disewa bu Encin. Erly dengan senang hati ingin mendadak jadi ingin ngebantuin mamanya jualan kue apem. “Jangan keluyuran! Diam di rumah dan berdoa, kita pulang lebih wal bukan untuk main. Tapi belajar di rumah. Sebab suasana sekolah sedang tidak mendukung KBM. Barang siapa yang tidak langsung pulang ke rumah, niscaya akan ikut kesurupan juga!” Pak Hadi memberi peringatan, setengah mengancam, setengah menuduh. Seolah dia tahu rencana anak-anak. Anak-anak pun bergidik,ngeper juga sama ancemannya Pak Hadi, sang asisten guru. Belum jadi guru aja gualaknya minta ampun. Gimana entar kalo’ dah jadi kepala sekolah. Hi hi hi….
Akhirnya “orang pintar yang lebih pintar” datang ke sekolah atas panggilan Engel. “Ibu, bapak, apakah di asrama ini sering diadakan perkumpulan pengajian, atau doa bersama?” Tanya orang pintar, yang ternyata bernama pak Kushendi. “Beberapa waktu memang kami adakan pak, namun, lambat laun, pesertanya terus berkurang” Bu Encin member penjelasan. “Ibu, ada baiknya kegiatan itu diadakan lagi, supaya tidak ada siswa yang pikirannya kosong, lalu dimasuki setan” kata pak Kushendi dengan nada bicara yang santun. “Mari kita kumpulkan anak-anak, lalu kita membaca ayat suci bersama, kita berdoa supaya selalu dilindungi Allah, dan dihindarkan dari godaan setan”, pak Kushendi memberikan saran, yang langsung diikuti oleh semua penghuni asrama. Mereka membawa AlQurannya masing-masing, kemudian membaca surat Yasin bersama. Setelah itu pak Kushendi me rukyat para siswa yang kesurupan. Dan Alhamdulillah, semua langsung sadar. Ternyata pak Kushendi memang orang pintar, sebab setelah seharian me rukyat para siswa, dia lalu minum jamu tolak angin. Hi hi hihi…

Seminggu berlalu, peristiwa kesurupan cukup jadi pengalaman Rene dan korban lainnya saja. Oliv sama sekali tak tertarik. Dia cukup sebagai saksi, bahwa ada makhluk di dunia ini yang sering nyasar masuk ke jiwa manusia, terutama jiwa yang kosong. Hhhhh…, untung semua udah kembali normal, tapi, semua peristiwa itu memberikan pengalaman baru buat Oliv. Pengalaman mistik. Boleh mengangguk atau mendelik. Perkara klenik memang sulit ditelisik. Apalagi kalau kita belum punya trik, buat kau klik. Bukan soal magic, tapi asyik……hihihi

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

UAN yang bikin ubanan

Alkisah pada tahun 2030, ada seorang penjual otak. Di tahun nan modern itu, otak orang bisa direparasi, di tukar tambah, dan bisa dimodifikasi. Siapa kepengen pinter, tinggal beli otaknya Einsten, yang pengen sukses berbisnis, tinggal beli otaknya Bill Gates, yang pengen kerja santai tapi punya duit banyak, tinggal beli otaknya pejabat. He he he he.

“Otak…, otak….” Seorang pedagang otak menjual dagangannya. “Pak! Beli!” Seru seorang anak SMU yang konon akan menempuh Ujian Akhir Nasional. “Ada apa dek? Mau otak yang mana?” Tanya pedagang ramah. “Kalau otak orang Amerika berapa harganya?” Tanya si anak. “tiga ratus ribu dek” “wah, mahal juga ya pak!” “Kalau gitu otak orang China aja deh, berapa pak” “kalau otak orang China lima ratus ribu” “Wah, tambah mahal ya” “Kalau gitu, beli otak orang lokal aja deh pak, otak dalam negeri, otak asli Indonesia” “Harganya satu juta dek” jawab pedagangnya kalem. Mendengar ini si anak pun protes. “Kok mahal amat ? lebih mahal dari otak orang Amerika?”

“ Iya dik… otak orang Indonesia kagak pernah dipake’, masih asli, baru, masih orisinil…” si pedagang menjawab, masih dengan gaya kalemnya. Si anak pun tambah puyeng buat ngadepin UAN besok. Wkwkwkwkwk…..

Kalo’ aja Pemerintah gak menaikkan nilai standar kelulusan Ujian Akhir Nasional, mungkin siswa kelas tiga nggak bakalan seheboh ini dalam menghadapi UAN. Kesannya stress berat. Hal ini pun di alami Oliv dan ketiga sohibnya. Mamanya Erly, sempat khawatir anaknya gak bakalan lulus, maka sebelum ikut UAN, Erly diminta di doakan oleh sang pendeta supaya dia lulus. Begitu juga Kiki, Engel dan Oliv. Biarpun Oliv selalu berprestasi, tapi bunda selalu was-was dengan yang satu ini. Karena disini, keberuntungan juga menentukan! Misalkan salah mengisi kode soal, maka nilainya tidak dapat diproses! Wah!

Do’a…, ya do’a… bentuk kepasrahan diri setelah berusaha. Bunda bahkan sempat mengadakan pengajian selama 3 hari demi kelulusan Oliv. Bukan soal do’anya yang panjang atau pendek, tapi, soal UAN yang emang selalu bikin deg-degan. Nggak cuma bikin deg-degan si anak, tapi juga bikin deg-degan para orang tua. Saat itu , semua ikut prihatin. Biasanya kalau si anak pinter atau bodo sekalian, orang tua nggak bakalan bingung-bingung amat nyari sekolah lanjutan. Tapi kalau yang tanggung-tanggung itu yang bikin pusing 13 keliling. Maka, ibu-ibu pengajian itu pun maklum atas permintaan bunda. Lagi pula, tak ada salahnya mengaji, itu perbuatan baik kan? Dari pada bergossip?

Kata orang, kalau keseringan mikir, rambut jadi ubanan. Itu pula yang terjadi pada Oliv, untuk pertama kalinya, diusianya yang masih 17, dia punya dua buah rambut putih menghiasi poninya. Sungguh tak masuk akal! Rambut putih ini bikin senewen. Banyak yang bilang Oliv udah nampak tua karena keseringan mikir. Wkwkwkwk. Nyebelin bangets deh! Habis gimana lagi? Untuk bisa nerusin ke Universitas Nusa Bangsa dengan jalur beasiswa, Oliv harus lulus sekolah SMU dulu kan? Wah, berat nih, berat! Cukup beralasan, kalau tiap hari Oliv bawa-bawa buku latihan soal ujian nasional dari tahun 2000-2008 yang udah dijilid jadi satu hingga tebalnya mencapai 500 halaman. Bahkan buku itu bisa dijadikan jengkok alias dingklik alias kursi kecil yang biasa diduduki di angkot kalo’ udah gak kebagian kursi.

Tiada hari tanpa belajar. Di sudut kantin yang sedang ramai dan sesak, di bawah pohon ketapang yang rindang nan sejuk, bahkan di dalam toilet nan sumpek lagi bau. Oliv nggak mau ngelewatin hari-harinya dengan kesia-siaan. Begitu juga ketiga sohibnya. Mereka getol berlatih dan menghafal, tak jarang pula mereka berdiskusi. Hingga hari yang dinantikan pun akhirnya tiba.

Ujian hari pertama adalah Bahasa Indonesia. Agak rumit juga menjawab pertanyaan-pertanyaannya, padahal bahasa itu kan dipake’ sehari-hari. Banyak jawaban yang mirip dan menjebak. Anak-anak pun kewalahan untuk menjawabnya. Esoknya, ujian matematika. Matematika emang butuh belajar mati-matian, karena sulitnya amit-amit. Oliv pun mati-matian demi mengejar nilai maksimal, semua materi dilahapnya habis, dari statistika hingga integral. Nyampe ubannya nambah lima biji. But, pas mau masuk ke kelas, sebuah sms mendarat di pesawat ponselnya. Isinya cukup aneh :

Berikut ini jawaban dari soal matematika sebanyak 20 soal , BACDDCEDCABBCDEACEEB

Sms tanpa identitas pengirim, tapi, untuk menghapalnya langsung, Oliv sudah dipastikan gak sanggup, maka Oliv menghapal sebagian saja, barangkali berguna, pikirnya dalam hati. Erly sekuat tenaga menghapal jawaban tadi, sambil terus komat kamit masuk ruang ujian. Pompi malah terang-terangan menulis jawaban tadi di telapak tangannya. Padahal itu tangan udah penuh ama rumus integral.

Pengawas membagi soal dengan sigap, begitu bel dibunyikan Oliv membacanya dengan cermat, semua soal dikerjakannya dengan teliti. But, eits…., inget tadi jawaban nomor satu B! kok B sih? Kan harusnya C!, ah, yang salah aku apa smsnya ya? Oliv berpikir keras. Dan mulai corat-coret di kertas buram. Makin sering Oliv mencoret kertasnya, makin kusam lah mukanya. Antara bingung akan mengikuti hati nuraninya apa mau ngikutin kata SMS. “Waktu akan berakhir 15 menit lagi!” pengawas memberikan tanda. Oliv buru-buru menghapus jawabannya, dan menggantinya dengan C, sesuai hasil perhitungannya yang pertama.

Bel tanda berakhirnya ujian matematika dibunyikan, soal dan lembar jawaban di kumpulkan. Murid-murid berhamburan keluar kelas. Namun, di pojok ruangan kelas tiga IPS, masih ada seseorang yang masih khusyuk mengerjakan soal. Dialah Erly. Hal ini membuat pengawas sedikit kesal, dan berkata “Cepat! Waktu sudah habis!”. Tapi Erly tak bergeming, ia masih terus mencorat-coret di kertas buramnya. Rupanya ia masih penasaran dengan jawaban yang diberikan pengirim SMS gelap tadi. “Kalau anda masih saja mengerjakan soal, saya akan keluar, dan jawaban anda tidak saya terima!” pengawas tadi menjadi marah dan mengemasi seluruh lembar jawaban yang sudah terkumpul. “Saya tidak akan terima jawaban kamu!” seru pengawas galak. Dia tengah berkemas untuk segera pergi. Erly terkesiap, senyum manis tersungging di bibirnya, dia setengah berlari ke meja pengawas, dan memasukkan jawabannya di tengah-tengah lembar ujian, lalu keluar ruangan.

Bu Ratna keluar ruang guru dan menempelkan pengumuman ini.

PENGUMUMAN

Ditujukan kepada seluruh siswa SMU Nusa Bangsa, agar tidak mengindahkan jawaban yang dikirimkan lewat sms atau pun media lainnya, di karenakan isi berita itu palsu dan merugikan diri sendiri.

Kepala Sekolah

Danu Sanjaya, MPd

Erly manarik nafas lega, jika dia masih menuruti apa kata SMS gelap tadi, pasti dia akan rugi besar, karena dari semua jawaban, tidak satupun yang benar. Pengawas berbaju biru tadi keluar ruangan, erly menghampirinya. “Ibu…, apakah ibu tahu siapa saya?” Tanya Erly pada pengawas itu. Pengawas diam sejenak, berpikir, mungkin Erly anak kepala sekolah atau apa. Dia menggelengkan kepalanya. “Benar ibu tidak tahu saya? Bahkan nama saya?” Tanya Erly sekali lagi. “Tidak, maaf” pengawas tadi kelihatan menyesal. “Syukurlah!” Erly lalu berlari menjauhi pengawas tadi.



  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

Selai Ubay Jablai

Jam istirahat kali ini dimanfaatin Oliv, dkk dengan makan bakso di kantin. Siapa sih yang nggak kenal baksonya pak Slamet? Inget kan sama Koko? Yang rela pindah haluan mendukung Engel waktu pemilihan ketua OSIS gara-gara bakso? Wow! Bakso pak Slamet memang tiada taranya. Murah, enak, porsinya banyak, pas dengan selera anak sekolahan. Tapi, apa yang terjadi dengan hari ini? Sungguh kontras dengan hari kemarin. Dagangan pak Slamet yang biasanya langsung diserbu saat bel istirahat berdentang, kini tidak lagi. Antian yang mengular di depan gerobak bakso, sekarang jadi antrian yang mencacing. Bakso di gerobaknya masih menggunung. Utuh, tak tersentuh.
Oliv seneng banget mendapati dirinya dan tiga sahabatnya tak perlu ngantri untuk makan. Secara, perut udah mulai keroncongan akibat diserap otak buat mikir pelajaran matematika yang susye benget itu. Saat Oliv dengan asyiknya menikmati bakso nan lezat itu, semua mata tertuju kepadanya. Termasuk pada ketiga sohibnya yang lahap menyantap hidangan berkuah itu. “Rasanya… mak nyusss!” ucap Oliv sambil mengacungkan jempolnya. “rasa dagingnya terasa banget pemirsa!” Erly niruin pak Bondan Winarno yang ngebawain acara wisata kuliner. “Ditaburi bawang goreng dan daun bawang, ditambah mie kuning yang nikmat, serta sambelnya itu loh pemirsa, pueddes gak ketulungan, bikin tambah ueeeenake pol” sahut Engel nggak mau kalah. “Hwa ha ha ha ha ha” mereka berempat ngakak bareng. Semua mata yang tertuju padanya jadi empet banget, sambil menahan mual. “Hoeeek!” Neyna malah muntah beneran. Keempat gadis manis yang sedang makan bakso jadi sebel ngelihat Neyna. Semua yang lagi makan disitu langsung bubar. Nggak tahu udah bayar apa belum.
Rupanya keempat sohib karib ini gak tahu kalo’ ada sebuah isu gak bertanggung jawab tentang pak Slamet telah berkembang pesat, seperti microorganisme yang berkembang cepat menjadi ketombe di kulit kepala. Tak tanggung-tanggung, pak Slamet digosipkan menjual bakso daging kucing. Ada yang gak percaya, tapi banyak yang mendukung pernyataan ini. Hal ini dipicu oleh ketidakhadiran si Coklat, si Belang, dan Si Putih. Kucing yang biasa mangkal di kantin untuk mencari sisa makanan. Maklum, harga daging sapi kian melonjak, apalagi sejak Pemerintah berupaya menaikkan BBM (lagi!). “Mbak Oliv jangan percaya sama gossip itu ya” kata Ubay, anak sekaligus asisten pak Slamet. “Mbak kan pernah lihat sendiri, saya pagi-pagi ke Mersi, tempat pejagalan sapi” tambah Pak Slamet lagi. Emang sih, waktu itu Oliv lagi disuruh Bunda beli sayur di pasar, dan lagi lihat pak Slamet di pejagalan sapi. Tapi, siapa tahu dia disana cuma nongkrong doang. “Ya nggak mungkin lah mbak, saya disana cuma nongkrong doang, ngapain? Mending kalo’ mau ngeceng di mall sekalian. Ngecengin siapa? Bakul daging?” Oliv kaget dengan kalimat pak Slamet barusan. Jangan-jangan dia bisa baca pikiran orang!, gawat!
“ Ya enggak, lah pak. Saya tetep seneng dengan bakso pak Slamet!” jawab Oliv jujur.
“Terima kasih neng, eh mbak!” pak Slamet menjawab dengan wajah berbinar. Setidaknya masih ada orang yang mau mempercayainya.
“Mbak, cobain ini deh!” Ubay menawarkan roti bakar isi coklat pada Oliv. “Apaan ini bay?” sahut OLiv sambil mencomot roti bakar itu. “Alternatif lain mbak, saya mau banting setir, mau jualan roti bakar aja. Kan belum pernah ada gossip roti bakar kucing kan mbak?” Tanya Ubay, “gimana enak gak mbak?” katanya lagi. Oliv mencicipi sedikit. “eeeehm, enak sih, tapi kurang special. Roti bakar coklat mah, udah biasa bay, mesti cari inovasi lain biar jadi special” kata Oliv memberi masukan. Ubay mengangguk senang. Ubay, anak pak Slamet itu, menurut Oliv termasuk anak yang berbakti pada orang tua. Usianya tiga tahun diatas Oliv, dan dia cukup dewasa. Pagi kerja, sore sekolah. Meski sempat tertinggal kelas ampe 3 kali, Ubay tak pernah patah semangat. Menurutnya, kegagalan itu bukan karena dia bodoh, tapi, kondisi fisik dan psikisnya sudah lelah setelah bekerja seharian. Ubay jablai, julukan anak-anak pada dirinya. Cowok ceking nan kampleng (tinggi kurus) bagaikan junkies. Dia kurus bukan karena madat, tapi emang kurang gizi. Kalo’ sarapan sih emang sering pake’ narkoba (Nasi Rames Karo Bakwan) he he he he. Kata jablai merupakan imbuhan yang merujuk dia emang gak pernah punya pacar alias jomblo. Mulanya sih mau dipanggil Ubay jomblo, tapi kedengarannya gak enak, Ubay Jablai lebih merdu di telinga. Pun, dia tidak keberatan diberi nama itu. Malah katanya dia jadi tambah beken.
Ubay masih terus menggali inspirasi untuk roti bakarnya. Dicarinya di internet, tabloid, majalah, sampai terakhir di Koran SINDO yang suka di tempel di Koran dinding sekolah, soalnya Koran itu berslogan “Cari Inspirasi? Baca Koran SINDO!”. Dan hasilnya adalah kolaborasi roti bakar dan burjo alias bubur kacang ijo. “Nah! Ini baru special! Roti bakar dengan selai kacang ijo. Rotinya sumber karbohidrat, kacang ijo sumber protein!” komentar Oliv pada ide cemerlang Ubay. “Lu mesti cari rasa lain, soalnya orang terbiasa senang dengan banyak pilihan!” tambah Oliv. Ubay girang bukan kepalang, maka terciptalah roti bakar selai kacang merah, roti bakar selai ketan hitam, dan roti bakar selai sea food. Oliv terus mencicipi semua karya Ubay. Pokoknya, setiap ke kantin, Oliv jadi “njatah” roti bakar. Lumayan, ngirit uang jajan. Tapi, Oliv paling merasa paling aneh pada selai sea food. Dari semua makanan yang pernah mampir di lambungnya, Cuma makanan ini yang bikin dia langsung mual-mual tak karuan. “Hoeeek! Hoeek!” Oliv muntah nggak bisa nahan. Persis seperti Neyna yang mual karena membayangkan bakso pak Slamet yang katanya dari daging kucing. Kontan semua mata tertuju padanya. Dan untuk yang kedua kalinya, semua yang sedang makan disitu bubar jalan meninggalkan meja beserta hidangan pesanannya. Entah sudah bayar atau belum.
“yeeee! Kalo’ mau muntah jangan disini dong, bikin selera makan gue terganggu!” sungut Pompi kesel. “iya nih, dasar anak ngeyel! Udah tau disitu jualan bakso kucing, masih aja demen ngicipin makanan buatan pak Slamet dan anaknya! Dasar orang miskin, segitunya minta makan gratis, tapi kesehatan gak dipikirin! Kalo’ nggak punya duit puasa aja kek! Lebih berpahala ketimbang makan jajanan murahan kayak gitu!” Neyna ngomelin Oliv panjang bener kayak antiran minyak tanah. Oliv yang lagi mual jadi tambah enek. Dan “ Hooooek!” Oliv muntah lagi, Kali ini di sepatunya Neyna.
“aduh bay, sorry banget soal kemarin, gue bener-bener gak sengaja. Gue sebetulnya seneng ama sea food, tapi selai sea food yang kemarin itu bener-bener payah menurutku. Gak enak sama sekali!” kata Oliv jujur. “nggak papa mbak, saya yang salah, itu sebenarnya selai ubur-ubur. Idenya saya dapatkan saat saya ikut menonton film kartun Spongebob squarepants yang dilihat adik saya, saya pikir itu ide bagus mbak” jawab Ubay lugu. “Pantesan! Gila aja lu, film khayal dijadiin panutan!” sungut Oliv. “Jadi gimana dong?” Tanya Oliv lagi. “Kayaknya saya nggak jadi jualan roti bakar mbak, saya nggak bakat, biarin aja jualan bakso, keahlian saya dan bapak ya cuma ini. Bisnis ini kelak akan diturunkan kepada saya. Ya udah mbak, terima nasib aja” Ubay berkata menahan sedih. “Gue prihatin bay, tapi masih ada satu cara lagi untuk mengembalikan kepercayaan orang buat makan disini lagi, yaitu dengan menghadirkan kembali 3 sosok kucing yang hilang itu!” kata Oliv penuh semangat. Ubay yang menunduk lesu raut mukanya berubah cerah seketika.
Maka dimulailah investigasi untuk mencari keberadaan ketiga kucing itu. Oliv menggambarkan ketiga kucing itu dalam bentuk sketsa dan berjudul “WANTED”. Dicari tiga kucing dengan ciri-ciri : berwarna coklat, putih dan belang. Si Coklat berjenis kelamin jantan, dan si putih berjenis kelamin betina. Si belang, anak dari pasangan ini, berwarna putih belang coklat, dan ada kumisnya. Kumis yang dimaksud disini bukan misai kucing, tapi ada bercak coklat pada hidungnya yang menyerupai kumisnya gogon, anggota srimulat. Dia juga biasa dipanggil gogon. Bagi yang menemukannya harap menghubungi OLIV : 0281-7648358. Begitulah kira-kira bunyi selebaran itu.
Langkah kedua, petunjuk! Oliv dan Ubay mencari petunjuk dengan mewawancarai setiap pedagang di kantin mengenai hilangnya keluarga kucing nan misterius itu. Dari hasil wawancara, orang yang terakhir melihat kucing itu adalah pak Ahmad, pedagang somay. “saya melihat kucing itu terakhir hari Jumat mbak, 3 hari sebelum gossip bakso kucing.” Pada hari Jumat yang disebutkan pak Ahmad, disinyalir ada 2 pedagang yang masih mangkal disitu ampe sore yaitu Ibu Isah, penjual POP Ice, dan Pak Darsun penjual soto. Soto pak Darsun emang agak seret lakunya. Hal ini bisa dijadikan motif untuk menjatuhkan nama baik pak Slamet. Saingan dagang. Maka, saksi-saksi merujuk pada nama pak Darsun sebagai dalangnya.
Tetapkan tersangka! Oliv menguntit pak Darsun sampai ke rumah. Dia pura-pura bertamu sambil celingukan di setiap sudut rumah pak Darsun. Berharap menemukan sosok tiga kucing yang paling dicari itu. Saat Oliv ngintip di dapur yang sedari tadi bunyi gedubrak-gedubruk, pak Darsun datang mengagetkannya. “ada apa sih non? Rumah bapak memang banyak tikusnya. Tapi bapak gak perlu jauh-jauh nyari kucing buat ngusirnya. Apalagi, istri bapak pernah terserang toxoplasma pada tri mester kehamilannya, anak saya jadi kena Hydrocepallus. Saya pun, nggak akan tega memfitnah pak Slamet cuma karena saingan bisnis. Saya tidak menyembunyikan kucing-kucing itu. Istri saya sangat trauma dengan kucing.” Pak Darsun berbicara panjang lebar. Seolah dia tahu maksud kedatangan Oliv untuk menyelidikinya. Bahkan, demi melihat anaknya yang cacat, Oliv jadi tergerak hatinya untuk sekedar membeli sotonya suatu hari nanti.
Oliv tak punya tersangka lain, hatinya mencelos, lalu minta maaf dan pamitan pulang. Kasihan pak Darsun, paling tidak, udah rejekinya pas-pasan, anaknya sakit, dicurigai pula. Sungguh tidak adil! Lalu siapa orang yang tega memfitnah pak Slamet? Trrrr trrrr, HP Oliv bergetar. Ada sms masuk. “saya tahu dimana kucing itu” pesan yang cukup singkat. Oliv terlonjak girang, ampe HPnya ikut mental ke pojok kasur. Dengan segera Oliv menelepon nomor tak dikenal itu. Tapi tak ada jawaban, malah dimatikan, sial! Tak lama ada sms masuk lagi. “ketemu di halaman sekolah, sekarang!”
Tanpa pikir panjang Oliv segera bergegas dari ranjangnya. Saking semangatnya dia sampai nggak sadar kalo’ sepatu yang dipakainya selen alias beda sebelah!
Di halaman sekolah telah menunggu seorang wanita cantik bertubuh langsing, berkulit kuning langsat, dan bergaya anggun. Warna kulitnya serasi dengan suasana langit sore yang kuning jingga menuju senja. “hallo” sapanya lembut, sambil membelai si belang. Tak salah lagi! Ini si belang, kumisnya itu lo… persis kayak gogon. “hai…” “kenalkan aku Oliv, “ Oliv mengulurkan tangannya. “aku Manda, Amanda, kelas satu” “Ngomong-ngomong, benarkah kamu menginginkan kucing yang cantik ini?” tanyanya dengan nada sedih.
“enggak juga sih, Cuma gini, ada seseorang yang butuh bantuan kamu” kata Oliv. Oliv lalu menjelaskan tentang gossip yang menimpa pak Slamet, dan Manda dengan senang hati mau membantu.
Pagi harinya, manda buat pengumuman lewat pengeras suara “teman-teman saya harap kalian mau makan bakso lagi, ketiga kucing itu sekarang sedang saya pelihara. Sama sekali bukan dibantai. Apalagi dijadiin bakso. Bagi yang nyebarin berita murahan, semoga diberi ampunan dari Tuhan. Biar Dia yang maha tahu yang membalas. Sekian” Anak-anak pun bersorak lega. Begitupun pak Slamet, juga Ubay. Apalagi Koko, yang puasa makan bakso selama seminggu. Semua tepuk tangan. Meriah.. anak-anak pun bubaran ke kelas masing-masing. Namun, alangkah terkejutnya mereka karena ada selebaran lagi yang ditempelkan di setiap sudut ruangan kelas.

WANTED!
Bagi siapa yang menemukan sepatu warna merah merek YONGKI KOMALADI sebelah kanan, harap segera menghubungi saya : KIKI 0281-7649901.

Semua mata tertuju pada Oliv…..

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

amati foto ini

aneh gak ya? di ITB aja masih ada yg kayak gini.......
memang bener peraturan itu ada untuk dilanggar......

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS